Kemunculan industri kerajinan bambu di Desa Kayubihi berkembang pada tahun 1964, tetapi sebelum itu sudah berkembang kerajinan bambu yang lebih sederhana dan hanya digunakan sebagai pelengkap perabotan rumah tangga. Pada mulanya kerajinan bambu dikerjakan oleh orang tua sebagai pengisi waktu luang apabila pekejaan di dapur dan di kebun selesai. Bencana meletusnya Gunung agung pada tahun 1963 membuat masyarakat Desa Kayubihi mencari alternatif pekerjaan lain selain bertani. Hingga akhirnya beralih menjadi pengerajin bambu dengan melihat potensi yang ada. Pada awalnya hasil produksi kerajinan bambu tersebut dijual sampai ke luar kecamatan seperti ke pasar Menanga, dan sampai di Kabupaten Klungkung. Berawal dari tahun 1964, kerajinan anyaman bambu yang dicetuskan oleh salah satu pengerajin yang bernama I Ketut Tangkep (95 Tahun).
Oleh I Ketut Tangkep (95 Tahun) yang pada saat itu beliau mengetahui bahwa kerajinan bambu mampu menopang ekonomi pada saat itu kegiatan mengayam ini dikembangkan untuk masyarakat yang bisa mengayam agar dijadikan kegiatan pokok. Selain itu faktor-faktor yang berpengaruh dalam berkembangnya industri kerajinan bambu adalah: (1) Faktor Budaya; (2) Faktor lingkungan; (3) Faktor Ekonomi (4) Tidak Membutuhkan Pendidikan Tinggi; (5) Faktor Sumber Daya Alam (SDA)
Kerajinan bambu telah mengalami perkembangan bentuk dan model. Pada awalnya bentuk kerajinan bambu masih sangat sederhana. Seiring dengan berkembangnya pasar dan peralatan yang ada, proses produksipun ikut mengalami perkembangan. Keberadaan art shop di Desa Kayubihi juga berperan dalam berkembangnya kerajinan bambu. Pada tahun 1998-2016 puncak dari berkembangnya kerajinan anyaman bambu yang terdapat di Desa Kayubihi, bentuk-bentuk baru yang muncul seperti: Tempat Majalah, Keranjang Kue, Tong Sampah, Tempat Gelas, Jemuran Handuk, dll.
Bentuk-bentuk baru yang muncul pada tahun ini mengambil bentuk dari yang terdahulu dan lebih dikembangkan dan menjadi bentuk yang lebih menarik dan disesuaikan juga dengan minat konsumen lokal maupun macan negara, dalam pewarnaan pengerajin sudah mengunakan warna yang lebih menarik seperti penggunaan cat dan pernis, sehingga terlihat hasilnya lebih indah dan bagus.
Berkembangnya industri kerajinan bambu di Desa Kayubihi juga tidak bisa lepas dari peran Pemerintah, dimana pemerintah secara berkala melakukan pembinaan dan mendukung pengerajin di Desa Kayubihi dalam mengikuti ajang pameran di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Sebagai sumber belajar, kajian tentang perkembangan kerajinan bambu dan proses produksinya dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah di SMA. Aspek yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah lokal di SMA meliputi aspek pemanfaatan sumber daya alam, aspek kewirausahaan dan aspek sosial budaya.
Perkembangan kerajinan bambu relevan dijadikan sebagai sumber belajar karena memiliki nilai-nilai sejarah yang jelas dan dan proses perkembangannya merupakan hasil akulturasi antara nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang kemudian disesuaikan dengan sumber daya alam yang ada sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai jual.